Selasa, 21 Desember 2021

KISTA OVARIUM

         Kista ovarium merupakan kondisi adanya kista yang berisi cairan pada ovarium. Ovarian cyst, cystic ovary, cystic ovarian degeneration, “cystic cows”, dan Cystic ovarian disease (COD) merupakan kejadian yang ditandai dengan ovarium yang membesar, keras dan folikel anovulasi. Kista ovarium merupakan salah satu penyebab utama efisiensi reproduksi yang buruk dan kerugian ekonomi dalam peternakan sapi. Efek negatif pada reproduksi sapi terdiri dari peningkatan interval waktu melahirkan ke fase estrus sehingga memperlambat hewan untuk kawin. Keadaan ini ditandai dengan folikel anovulatori permanen yang besar dalam ovarium akibat kontrol neuroendokrin yang tidak tepat pada jalur estrus ritmik dan ovulasi. Tidak adanya korpus luteum merupakan ciri khas terpenting kista ovarium. Kerusakan mekanisme neuroendokrin yang mengendalikan ovulasi 7 sehingga mengganggu siklus estrus. Kista merupakan salah satu kelainan yang dapat terjadi pada ovarium. Pada sapi, COD umumnya terjadi pada sapi perah namun dapat pula terjadi pada sapi pedaging betina (Brito dan Palmer, 2004; Naglis, 2019). Ada beberapa jenis kista yang bisa ditemukan di ovarium sapi yang bisa berdampak signifikan pada efisiensi reproduksi hewan yaitu kista folikel, kista luteal, dan corpora lutea kistik (Rosenberg, 2010).

 a. Kista Folikuler/Folikel

Gambar 3. Kista folikel pada ovarium (Karim et al, 2017)

        Kista ovarium folikuler adalah kista yang berkembang ketika satu atau lebih folikel gagal untuk berovulasi dan selanjutnya tidak mengalami regresi tetap mempertahankan pertumbuhan dan steroidogenesis. Kista ovarium didefinisikan sebagai struktur seperti folikel, ada pada satu atau kedua ovarium, dengan diameter minimal 2,5 cm selama minimal sepuluh hari tanpa adanya jaringan luteal (Vanholder et al, 2006). Sedangkan menurut Rosenberg (2010), kista folikel ovarium sebagai struktur folikel apa pun di ovarium jika tidak ada jaringan luteal, lebih besar dari ukuran folikel normal, yang bertahan untuk waktu yang lama dan mempengaruhi siklus estrus hewan. Kista folikel adalah struktur anovulatori sehingga selama kista tersebut bertahan, sapi akan tetap tidak subur. Kista folikel, jika dibandingkan dengan kondisi kistik ovarium lainnya, ditandai dengan dinding tipis dan menghasilkan progesteron dalam jumlah yang sangat sedikit. Terkadang, kondisi persisten dapat menyebabkan peningkatan kadar testosteron, menyebabkan beberapa sapi menunjukkan sifat agresif dan maskulin perilaku seksual. Salah satu penjelasan yang diajukan untuk perkembangan kista folikel adalah bahwa umpan balik positif dari estradiol pada pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH) disusupi. Ini tidak akan mengganggu kemampuan kelenjar pituitari melepaskan hormon luteinizing (LH) pada hewan kistik, tetapi fungsi keseluruhan dari hipotalamus. Aksis hipofisis 8 ovarium akan diubah, dan lonjakan LH provulasi yang biasanya menginduksi ovulasi tidak terjadi. Pada hewan kistik, meskipun terjadi kegagalan ovulasi oleh pra-ovulasi. Lonjakan hormon perangsang folikel (FSH) akan terjadi, dan dalam kondisi rendah konsentrasi progesteron dan konsentrasi LH yang tinggi, akan menyebabkan folikel dominan tumbuh ke ukuran yang lebih besar. Folikel yang terlalu besar ini disebut kista folikel, yang berproduksi tinggi konsentrasi estradiol dan inhibin, menyebabkan keterlambatan penggantian folikel dan bertanggung jawab untuk kondisi kistik yang persisten.

b. Kista Luteal



Gambar 4. Kista luteal pada ovarium (Karim et al, 2017).

        Kista luteal adalah folikel matang yang gagal mengalami ovulasi namun mengalami luteinisasi oleh tingginya hormon LH. Karena berbeda tingkatan luteinisasi, kista luteal teraba lebih kenyal/tidak sepadat korpus luteum. Gejala yang ditimbulkan adalah terjadi anestrus. Pada pemeriksaan per rektal teraba ovarium berdiameter lebih dari 2,5 cm, biasanya ditemukan dalam jumlah tunggal, permukaan halus, dinding tebal, jika ditekan kenyal (Bearden et al, 2004). Dicitrakan secara ultrasonografi dengan rongga tengah anechoic dibatasi oleh dinding yang tampak jelas (2-5 mm) dari jaringan luteinized yang dicitrakan berada di luar permukaan ovarium (Kumar dan Purohit, 2009). Kista luteal terjadi saat sel dari kista folikel (granulosa dan teka) menjadi luteinisasi dan mulai memproduksi progesteron. Insiden kista luteal meningkat seiring bertambahnya usia dan paling sering menyerang sapi dengan produksi susu yang tinggi (Rosenberg, 2010).

sumber

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/5394/2/C024192006_skripsi%201-2.pdf





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGENDALIAN PENYAKIT CACING MATA (THELAZIASIS) PADA TERNAK SAPI

       Salah satu penyakit yang menyerang ternak ruminansia adalah penyakit cacing mata atau Thelaziasis. Menurut Tjahajati dan Husniyati (2...