Selasa, 18 Februari 2020

Swab Vagina Pada Mencit dan Tikus

PENDAHULUAN
Apusan vagina atau vagina swab atau vaginal smear merupakan salah satu metode untuk mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan vagina. Hasil yang didapatkan dari pengamatan tersebut dapat menentukan fase yang sedang dialami oleh hewan betina yang diuji. 
Metode ini didasarkan pada kenyataaan bahwa pada saat fase estrus, sel-sel epithel vagina mengalami kornifikasi sebagai akibat dari kadar estrogen yang tinggi.


Hewan yang ingin diketahui fase pada siklus estrusnya adalah hewan betina yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Daur atau siklus estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
Banyak hewan yang memiliki daur estrus setahun sekali, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang, harimau, srigala, kucing hutan, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali dalam setahun, disebut polyestrus. 
Daur ini pada umumnya terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turun-temurun dipelihara, seperti kucing dan anjing. Anjing memiliki daur 2-3 kali setahun, kucing bisa sampai 4 kali. Praktikum kali ini menggunakan mencit (Mus musculus) karena mudah diamati, mudah didapat dan siklus estrusnya hanya berlangsung dalam waktu singkat.
Pembuatan apus mukosa vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel dari masing-masing fase. Metode ini digunakan pada mamalia seperti mencit dan juga pada manusia. 
Pada manusia metode vagina smear ini sangat bermanfaat untuk mengetahui apakah kondisi vagina jauh dari bakteri atau tidak ketika dilakukan pengambilan lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bantuan mikroskop. Sehingga vaginal smear ini merupakan salah satu metode yang paling mudah untuk mengetahui kondisi kesehatan vagina pada manusia.
Tujuan
Tujuan Dari praktikum vaginal smear adalah untuk dapat melakukan prosedur pembuatan preparat apus vagina, mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam preparat tersebut dan menemukan fase estrus pada hewan uji.
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Estrus
Siklus estrus adalah siklus reproduksi yang terdapat pada hewan mamalia betina dewasa bukan primata. Pada saat estrus hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan, dan kopulasinya kemungkinan besar akan fertile. 
Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Panjang  siklus estrus pada tikus dan mencit 4-5 hari. Siklus estrus pada mencit dibagi dalam beberapa tahap yaitu, proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. 
Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang terdiri dari 2 fase, yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai (Yatim, 1994).
Fase proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat. Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase ini kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar- kelenjar endometrial mengalami hipertrofi.

Fase estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lender dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat.
Fase metaestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil dan pengeluaran lender terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas.
Fase diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkandari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan corpo ralutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya.
 Ciri-ciri  dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Proestrus : terdapat sel epitel biasa
  2. Estrus : terdapat sel menanduk (cornified)
  3. Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit
  4. Matestrus (kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).


Karakteriskik Fase (Tahapan) Siklus Estrus pada Apusan Vagina mencit :
Tahapan Siklus
(Lama Tahapan)
Apusan Vagina
Ovarium
Uterus
Diestrus
(2 – 2, 5 hari)
E, L, Lendir
Folikel muda
Tipis
(kecil halus)
Proestrus
(12 jam)
E atau E, C
Folikel tumbuh
Menebal
(agak besar)
Estrus awal
(12 jam)
E, C++ atau C+++
Ovulasi
Glanduran
(bengkak)
Estrus akhir
(6 jam)
C+++
Cheesy, kering
Ovulasi
Glanduran
(bengkak)
Metestrus
(6 jam)
C, L atau E, C, L
Korpus luteum
Akan luruh

Keterangan :   
E = Epitel berinti
C = Sel epitel menanduk
L = Leukosit

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron. 
Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. 
Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. 
Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovari (Anonim, 2008).
METODOLOGI
3.1 ALAT & BAHAN
  1. Mencit (Mus musculus) albino betina dan jantan
  2. Cotton bud
  3. Kaca obyek dan kaca penutup
  4. NaCL 0,9%
  5. Metylen blue 1%
  6. Mikroskop
  7. Spidol 


3.2 CARA KERJA
Pengamatan Apusan vagina
  1. Membasahi cotton bud dengan NaCL 0,9%
  2. Mencit betina diambil, kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal. Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
  3. Usapkan cotton bud pada vagina mencit
  4. Oleskan cotton bud pada gelas obyek
  5. Metylen blue diteteskan dan dibiarkan kering (3-5 menit)
  6. Kelebihan metylen blue dibuang (diusap dengan tissue atau disiram air)
  7. Dibiarkan sampai kering
  8. Amati apusan vagina dengan mikroskop
  9. Tentukan tahap siklus reproduksi melalui gambar sitilogis apusan vagina
  10. Satukan mencit betina yang sudah siap kawin dengan mencit jantan
  11. dan dilihat sumbat vaginanya keesokan harinya


Metode lain
  1. Mencit betina diambil, kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
  2. Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
  3. Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
  4. Cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/ pengisapan berwarna keruh, kemudian diteteskan pada objek glass 1 sampai 2 tetes. Dibiarkan sampai kering.
  5. Ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Dibiarkan 5-10 menit.
  6. Diamati di bawah mikroskop. Bila zat warna berlebih, dibilas dengan air dengan cara meneteskan air.
  7. Ditutup dengan glass penutup.

Pengamatan Sumbat Vagina Hamster
  1. Mencit betina yang sudah siap kawin disatukan dengan mencit jantan.
  2. Keesokan harinya (± 12 jam) mencit betina diambil, dipegang dengan tangan kiri, kemudian tengkuknya atau leher dorsal dipegang dengan ibu dan telunjuk jari.  Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
  3. Diamati terjadinya sumbat vagina pada hamster tersebut.
  4. Untuk hal satu ini penting sekali mengetahui siklus estrus mencit tersebut, dari hasil pemeriksaan apusan vagina sebelumnya







HASIL



ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1 ANALISA DATA
Tabel. Data Pengamatan
NO
PERLAKUAN
PENGAMATAN
FUNGSI PERLAKUAN
1
Cotton bud dibasahi NaCL 0.9% dan dioleskan pada vagina men cotton budncit betina
Cotton bud terbasahi NaCL dan sel sel pada pagina mencit ikut terangkat ketika pengoles
Cotton bud digunakan untuk mengambil apusan vagina agar bisa diusapkan di gelas obyek.
Penambahan NaCL digunakan untuk mempertahankan bentuk sel karena NaCL menggantikan cairan dalam sel
2
Cotton bud dioleskan pada gelas obyek dan ditetesi metylen blue 1 %
Apusan vagina pada gelas kaca terwarnai dengan adanya metylen blue
Metylen blue (bersifat basa) memberikan warna pada sel, cairan sel bersifat asam sehingga metylen blue dapat mewarnai sel
3
Dikeringkan dan dibasuh dengan air kemudian diamati dengan mikroskop
Metylen blue terserap oleh sel,sehingga sel terwarnai dan dapat dilihat dengan microskop
Fungsi dari pengeringan adalah agar dapat diamati jelas dengan mikroskop
4
Menentukan gambar sitologi apusan vagina dan menentukan tahap reproduksinya
Tampak gambar sel epitel berinti, sel epitel menanduk dan lekosit, yang jumlahnya dapat menentukan tahap reproduksi mencit
Penampakan sel-sel dalam apusan vagina dapat menentukan tahapan reproduksi dari mencit
PEMBAHASAN


SIKLUS ESTRUS
Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Siklus ini dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apusan vagina pewarnaan metylen blue.  Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan –perubahan prilaku yag dipengaruhi oleh hormon yang berpengaruh di dalam tubuhnya. 
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa mencit yang dilakukan apusan vaginanya sedang berada pada tahapan diestrus. 
Fase diestrus terjadi selama 2-2,5 hari dimana pada tahap ini terbentuk folikel –folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa mengalami pertumbuhan awal. 
Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat banyak lendir (Yatim, 1994).
Perubahan struktur epitel penyusun dinding vagina merupakan hasil regulasi hormone reproduksi yang terjadi selama satu siklus estrus, terutama hormon estrogen (Ahmad,2009)
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel de Graaf. Pada apusan vagina akan terlihat sel –sel epitel yang berinti yang telah mulai kehilangan inti (cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel –sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk sempurna bahkan belum terbentuk inti. 
Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir, selanjutnya fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (Yatim, 1994).
Mencit yang mengalami fase estrus, pada preparat apusan vaginanya terlihat ada banyak sel –sel epitel yang mengalami kornifikasi (sel epitel menanduk). Pada tahap estrus, vagina mencit akan bengkak dan berwarna merah. 
Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel –sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap metestrus (Sagi, 1990).
Ciri- ciri dari siklus estrus itu sendiri pada mencit adalah pada fase diestrus, vagina terbuka kecil dan jaringan berwarna ungu kebiruan dan sangat lembut. Pada fase proestrus, jaringan vagina berwarna pink kemerahan dan lembut. 
Pada fase estrus, vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Pada fase metestrus 1, jaringan vagina kering dan pucat. Pada metestrus II, vagina mirip metestrus 1 namun bibir vagina edematous (Hill, 2006).
Fase metestrus ditandai dengan adanya sel –sel leukosit dan sedikit sel epitel menanduk pada preparat. Pada tahap metestrus ini, birahi pada mencit mulai berhenti, aktifitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. 
Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium yang korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel –sel leukosit yang berfungsi menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam (Yatim, 1994).
B. SUMBAT VAGINA
Pengamatan sumbatan vagina pada mencit bertujuan untuk mengetahui masa kehamilan pada mencit setelah terjadinya proses kopulasi antara mencit jantan. 
Mencit betina dikawinkan dengan mencit jantan secara alami dengan cara menyatukan mencit betina dan mencit jantan dalam satu kandang dengan perbandingan 1 betina 1 jantan. Setelah 24 jam diamati adanya sumbat vagina (copulatory plug), yaitu sumbat kekuningan pada vagina yang merupakan campuran sekret vesikula seminalis betina dengan ejakulat jantan yang mengeras. Adanya sumbat pada vagina dihitung sebagai kebuntingan hari ke nol.




KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan referensi yang di dapatkan, dapat
menyimpulkan bahwa :
  1. Mencit memiliki 4 fase pembiakan (estrus) yaitu proestrus, estrus, met-estrus dan di-estrus.
  2. Untuk mengetahui siklus itu dapat dilakukan apusan vagina (vagina swab)
  3. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa mencit betina mengalami perkawinan yang tepat pada fase estrus, akan tetapi pada praktikum ini perkawinan yang terjadi pada mencit kurang tepat karena mencit betina belum siap kawin sedangkan mencit jantan sudah siap untuk kawin.
  4. Praktikum apusan vagina mencit ini mengamati fase-fase estrus pada mencit. Mencit yang digunakan adalah mencit betina berumur kurang lebih 7 minggu. Fase birahi yang terjadi pada hewan betina atau sering disebut dengan siklus estrus. Fase estrus dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu, diestrus, proestrus, estrus dan metesrus. 
  5. Adapun pengertian dari Monoestrus adalah hewan yang mengalami daur estrus sekali setahun dan Polyestrus adalah hewan yang memiliki daur beberapa kali setahun. Mencit memiliki masa estrus selama 4-5 hari. Tahapan dari siklus estrus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitology apusan vagina.
  6. Praktikum apusan vagina mencit ini yang dapat dilihat hanya siklus estrus akhir dan metestrus. Ini dikarenakan mencit sudah memasuki tahap estrus. Pada apusan vagina mencit yang dilakukan pertama kali terlihats elepitel menanduk dengan bentuk seperti daun warnanya pudar, yang menandakan mencit mengalami siklus estrus akhir. Pada apusan vagina mencit yang kedua hanya dapat terlihat leukosit, bentuknya bulat dengan warna yang cerah, disini mencit mengalami siklus metestrus, ini disebabkan mencit sudah melewati siklus estrus. 
  7. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah, betina siap menerima jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus. Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding.
Referensi
 
https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/02/apusan-vagina-mencit-vagina-swab-dan.html 
 

Rabu, 12 Februari 2020

Penangkal Virus Corona Sudah Ditemukan ???

Seorang Peneliti Surabaya Temukan Penangkal Virus Corona

Virus corona terus mengamuk. Di saat para ahli dunia berlomba menemukan cara yang ampuh untuk mengatasinya, seorang peneliti Surabaya temukan penangkal virus corona.

antvklik.com - Seorang peneliti Surabaya bernama Chaerul Anwar Nidom menegaskan, untuk menghadapi virus corona sebenarnya cukup mudah.

Nidom yang merupakan Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Surabaya menyebut, ada dua macam virus corona, yaitu low pathogenic yang tidak begitu ganas, dimana reseptornya ada di saluran atas.

Sedangkan yang kedua adalah high pathogenic, dimana reseptornya ada di paru yang dapat berakibat fatal pada manusia.

Guna menangkal virus corona, adalah dengan menangkal badai sitokin. Badai sitokin adalah sebuah proses biologis dalam paru karena ada infeksi virus corona yang menempel pada paru.

Disebutkan, untuk menangkal badai sitokin terdapat pada : *curcumin yang ada pada jahe, kunyit, sereh dan temulawak* yang biasa dibuat bumbu masak serta minuman segar.

Di beberapa tempat saya tawarkan apa yang bisa digunakan untuk menangkal adalah herbal atau tanaman obat yang ada di sekitar kita. Dan kita biasa meminum atau mengonsumsi itu, yaitu yang kandungannya curcumin," kata Nidom.

Menurutnya, obat-obat herbal itu sudah biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa virus corona belum menyebar di Indonesia.

Nidom mengatakan, ini bisa jadi karena masyarakat Indonesia terbiasa minum jamu atau bisa juga karena virus itu tidak sesuai dengan kondisi tubuh masyarakat Indonesia.

Nidom yang berpengalaman menghadapi wabah virus flu burung pada 2005 lalu menyarankan masyarakat tidak menunggu obat-obat yang dikeluarkan industri farmasi.

"Konsumsilah apa yang biasa dilakukan. Kami sudah pernah mempunyai pengalaman-pengalaman yang lalu. Jadi produk-produk di daerah, tumbuhan-tumbuhan di Indonesia sudah cukup mampu menangkal (virus corona)," katanya lagi.

Sandi Irwanto I Surabaya, Jawa Timur

https://www.antvklik.com/headline/seorang-peneliti-surabaya-temukan-penangkal-virus-corona

Jumat, 07 Februari 2020

Penanganan Distokia Pada Sapi


Apa Itu Distokia?

Definisi dari distokia yaitu suatu keadaan dimana hewan mengalami kesulitan beranak/partus sehingga memerlukan pertolongan tenaga ahli. Distokia merupakan salah satu kondisi kebidanan yang harus ditangani oleh dokter hewan. Kejadian distokia pada ternak diperkirakan 3,3%, kejadian ini lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan pada sapi potong.

Gejala Klinis Distokia

Gejala klinis pada kasus distokia adalah besarnya ukuran fetus sehingga tersumbat di servik/vagina atau posisi fetus yang salah. Proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari saat pertama kali seekor induk merejan untuk melahirkan.

Diagnosa Distokia

Keputusan untuk membantu kelahiran harus didasarkan pada kondisi fisik induk. Jalan kelahiran harus dieksplorasi untuk memastikan posisi fetus, ukuran dan derajat dilatasi pembukaan pelvis, derajat dilatasi serviks. Kelainan posisi fetus harus diperiksa dengan hati-hati. Sebelum pilihan ditentukan, dilakukan tes refleks pada fetus.

Terapi Distokia
Distokia dapat diatasi dengan obat, manipulasi dan sectio caesaria. Obat yang dapat diberikan adalah oxytocin yang diberikan ketika dilatasi cerviks sudah sempurna. Traksi/tarik paksa yang dilakukan jika diameter fetus minimal sama besar dengan diameter jalan kelahiran. Bila cara traksi tidak bisa dilakukan karena kepala fetus tersangkut di servik akibat kepalanya terlalu besar, maka bisa dilakukan sectio caesaria. Jika tidak memungkinkan dilakukan sectio caesaria (fetus mati), maka dilakukan fetotomi. Biasanya penanganan distokia yang paling sering dilakukan adalah dengan mutasi dan tarik paksa.
Berikut ini metode yang dapat dilakukan dalam penanganan distokia diantaranya yaitu mutasi, tarik paksa, foetotomi dan sectio caesaria. Penjelasan masing-masingnya sebagai berikut:
  1. Mutasi adalah cara penanggulangan distokia dimana fetus dikembalikan pada posisi yang benar melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis induk atau jalan kelahiran memasuki rongga abdomen dan uterus sehingga tersedia cukup ruangan untuk pembetulan posisi atau posture fetus dan ektremitasnya), rotasi (pemutaran tubuh pada sumbu panjangnya untuk membawa fetus pada posisi dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros transversalnya yaitu situs anterior atau posterior) dan pembentulan atau perentangan ekstremitas
  2. Tarik paksa adalah pengeluaran fetus dari induk melalui saluran kelahiran dengan menggunakan kekuatan dari luar. Tarik paksa dilakukan apabila terdapat kelemahan uterus dan fetus tidak ikut menstimulir perejanan.
  3. Fetotomi adalah pemotongan fetus untuk mengurangi ukurannya.
  4. Sectio caesaria adalah pengeluaran fetus melalui laparotomi hysterectomi atau pembedahan pada abdomen dan uterus.
DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. 2014. Dystocia: What You Need to Know. http://www.agrovetmarket.com [27 Maret 2014].
Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetric. Elsevier : Saunders.
Manan D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Meredith MJ. 2000. Animal Breeding and Infertility. Australia : Blackwell Science Ltd.
https://ilmuveteriner.com/apa-itu-distokia/ 



PENGENDALIAN PENYAKIT CACING MATA (THELAZIASIS) PADA TERNAK SAPI

       Salah satu penyakit yang menyerang ternak ruminansia adalah penyakit cacing mata atau Thelaziasis. Menurut Tjahajati dan Husniyati (2...